Ageisme: Ketika Pembatasan Usia Justru Melanggar Hak Para Pekerja

Ageisme: Ketika Pembatasan Usia Justru Melanggar Hak Para Pekerja

Belakangan ini, media sosial sedang diramaikan dengan warganet yang mengeluhkan adanya batasan usia dalam melamar pekerjaan. Padahal, job description yang tertera dalam lamaran tersebut sebenarnya bisa dikerjakan oleh berbagai usia. Tentu saja ini adalah bentuk diskriminasi usia dalam pekerjaan.

Diskriminasi usia atau ageisme merupakan perlakuan tidak adil, stereotip, atau prasangka terhadap individu atau kelompok berdasarkan usianya. Prasangka negatif itu muncul karena stereotip yang berkembang. Misalnya, orang yang jauh lebih tua menganggap bahwa anak muda terlalu santai dalam mengerjakan sesuatu. Atau anak muda yang menganggap bahwa bekerja dengan orang lebih tua akan merasa kesulitan untuk diajak maju.

Ageisme ini tentu menimbulkan banyak perdebatan, termasuk bagi para jobseeker atau pencari kerja. Mereka merasa kesulitan untuk mendapat pekerjaan yang layak di usia tertentu. Padahal pekerjaan yang ditawarkan lebih relevan jika dicari berdasar pengalaman, bukan berdasarkan usia.

Membatasi usia adalah pelanggaran hak

Pasal 5 UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan menyatakan bahwa setiap pelamar kerja memiliki hak yang sama dalam setiap kesempatan untuk mendapat pekerjaan tanpa diskriminasi. Ditambah lagi Indonesia yang tergabung dalam International Labour Organization (ILO) juga ikut dalam pengesahan konvensi ILO terkait hak tenaga kerja.

Peraturan yang ada sebenarnya hanya mengatur tentang usia minimum pekerja. Hal ini dilakukan untuk menghindarkan anak-anak dari eksploitasi. Menurut UU No. 20 Tahun 1999 tentang Pengesahan ILO Convention No. 138 Concerning Minimum Age for Admission to Employment, usia minimal seseorang bekerja adalah 18 tahun. 

Selebihnya, undang-undang justru menjamin hak persamaan bagi setiap orang untuk mendapat kesempatan mencari pekerjaan dan di tempat kerja. Dengan demikian, adanya pembatasan usia maksimal dalam pekerjaan adalah bentuk pelanggaran hak.

Tanda-tanda ageisme

Tidak hanya memberikan batas usia kepada calon pelamar, ageisme juga dapat terjadi dalam berbagai bentuk, di antaranya:
    1. Ide yang ditawarkan diabaikan karena alasan usia
    2. Selalu diberi komentar negatif tentang usia
    3. Disepelekan karena usianya dianggap belum cukup berpengalaman
    4. Tidak diberi kesempatan promosi atau kenaikan gaji
    5. Tidak dilibatkan dalam rapat karena usia dianggap masih terlalu muda
    6. Tips menghindari ageisme
Diskriminasi usia yang masih sering ditemui di pekerjaan bukanlah sikap yang baik. Perlu bagi kita untuk menghindari perbuatan tersebut. Berikut beberapa tips yang bisa kamu lakukan untuk menghindari ageisme saat mencari pekerjaan:
    • Ubah pola pikir tentang usia
Ciptakan mindset bahwa perubahan usia bukan menjadi halangan seseorang menjadi produktif. Usia hanya angka, yang abadi adalah ide-ide kreatif dan cemerlang untuk berkarya.
    • Banyak bicara tentang pengalaman
Seseorang yang memiliki banyak pengalaman tentu akan menjadi pertimbangan tersendiri bagi perusahaan. 
    • Hindari pertanyaan tentang usia ketika interview
Kamu bisa mengalihkan pembicaraan terkait pengalaman atau hal-hal yang membuatmu tertarik melamar posisi tersebut. Sebisa mungkin kamu alihkan pertanyaan yang membahas tentang usia.
    • Update dengan perubahan teknologi komunikasi dan informasi
Era digitalisasi memungkinkan seseorang untuk belajar lebih cepat. Jika kamu up to date, maka perusahaan tidak perlu ragu untuk menjadikanmu bagian dari perusahaannya. Hal tersebut karena kamu dianggap dapat mengikuti tren dan perubahan.
    • Menciptakan kolaborasi
Bekerja dengan cara kolaborasi secara tidak langsung menuntutmu untuk mau belajar. Kamu juga bisa berbagi ilmu dan pengalaman dengan orang-orang yang berbeda usia denganmu.

Demikianlah penjelasan tentang ageisme. Semoga semakin banyak pihak yang menyadari bahaya diskriminasi usia dan senantiasa menghindarinya.

Sumber: narasi.tv

@ istockphoto.com

Artikel Terkait:

أحدث أقدم